Kamis, 26 September 2013

Tak lagi bermimpi

*Tak lagi bermimpi

Kehadirannya bagaikan mimpi,yang menghiasi malam,
Tak pelak waktu, sempat menyelinap dalam kegelapan,
Termangu pandangi separuh keanggunan,
Dia bercerita tentang masa lalu hitam dan putih,
Butiran air mata, disatukan dalam doa malam yang panjang,
Sajadah itu lusuh tak berbentuk seperti cintanya,
Adakah yang tahu, apa yang dipintanya?
Tangan dan kakinya lepas, dia tak bisa bangkit sampai subuh menjelang,
Mata tak bisa terpejam, terganjal kristal beku,
Dia tak lagi bermimpi tentang tangan kanannya.

Kehadirannya telah menghiasi pagi menuju siang,
Rindu panjang dalam dekapan sepenuh raga dan jiwa,
Penggalan waktu, dari separuh dirinya,
Yang tak bisa dipisah, karena darahnya,
Tangan kirinya masih meraih sisa hidup,
Tegar berdiri menjadi saksi derasnya air mata,
Kesedihan menjadi-jadi, terbunuh dan terampas kehilangan tangan kirinya,
Matanya tak bisa lagi menangis, air mata mengalir percuma,
Dia tak bisa lagi bermimpi.

Cerita indah yang dulu didakwakan,
Janji kesetian yang pernah diucapkan,
Doa yang disaksikan banyak orang,
Terhidang bersama ucapan dan salam kebahagiaan,
Hiasan taman semerbak wangi bunga,
Diikatkannya sebuah yang melingkar di dua jemari,
Semua cerita, mengubah asal, berubah haluan kapal,
Ombak, badai, hingga karang yang dihempaskan, jauh dari tepian,
Matanya tak lagi basah, hanya bibirnya yang gemetar menahan sesak
Dia tak lagi bisa bermimpi, semua telah hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar