Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 November 2013

Tengah Malam

Terbangun dari sebuah mimpi buruk
Terekam tingkah salah dalam memori
Tertinggal dalam benak sesak
Terbawa diangan keinginan
Terlepas lewati sebagian malam
Terbayang kembali tentang masa silam

Tentang keindahan
Tentang kasih-kasihnya
Tentang teman-temannya
Tentang sahabat,bahkan orang yang dirindunya

Tengah malam
Tatkala sepi dan gelap mencekam
Tertatih berjalan mendekat pancuran
Tengadah tangannya meminta
Terdengar doa-doa pengharapannya
Terkirim lirih untuk yang tercinta.

 RMJ.241113

Puing-puing

*Mata hati

Cinta ku tak akan punya akhir sampai datang pagi kembali.
kini ku hadir mengisi ruang waktu ku
yang tak bisa terhenti
bersama sajak-sajak pagi



*Puing-puing.

Terhampar dalam luka
pecah berkeping-keping
termakan masa
hujan dan panas
terbuang tiada peduli.




*Diujung penantian

Tergambar dalam kanvas guratan warna -warni
divalet melintang bercak jingga
merah mentari dilukiskan mengambang di atas dermaga
sosok bayangan raga ku hitam
kecil memanjang mengarah timur

Mentari separuh keemasan terpagut cakrawala
tenggelam di balik luas samudera
hingga batasnya hilang dalam kesabaran
malam menjemput gelap
dan ku masih berdiri di dermaga penantian

Angin semilir membayukan titik air kecipak pantai
menidurkan perahu-perahu di tepian yang ditinggal nelayan
tali yang tertambat mengikatnya
dan laut menamparnya dengan ombak
dengan angin yang semakin kencang

Nampak dikejauhan sebatas penggalan
bersinar bintang pengganti
menghias malam yang ditinggalkan sang mentari
dia tak sendiri
dan cahayanya memainkan tanda
berkedip bagaikan sinyal morse
jauuh di upukm langit kebiruan
seakan terang diantara jutaan bintang-bintang.

Jumat, 22 November 2013

Mata Hati

*Mata hati

Cinta ku tak akan punya akhir sampai datang pagi kembali.
kini ku hadir mengisi ruang waktu ku
yang tak bisa terhenti
bersama sajak-sajak pagi



*Puing-puing.

Terhampar dalam luka
pecah berkeping-keping
termakan masa
hujan dan panas
terbuang tiada peduli.




*Diujung penantian

Tergambar dalam kanvas guratan warna -warni
divalet melintang bercak jingga
merah mentari dilukiskan mengambang di atas dermaga
sosok bayangan raga ku hitam
kecil memanjang mengarah timur

Mentari separuh keemasan terpagut cakrawala
tenggelam di balik luas samudera
hingga batasnya hilang dalam kesabaran
malam menjemput gelap
dan ku masih berdiri di dermaga penantian

Angin semilir membayukan titik air kecipak pantai
menidurkan perahu-perahu di tepian yang ditinggal nelayan
tali yang tertambat mengikatnya
dan laut menamparnya dengan ombak
dengan angin yang semakin kencang

Nampak dikejauhan sebatas penggalan
bersinar bintang pengganti
menghias malam yang ditinggalkan sang mentari
dia tak sendiri
dan cahayanya memainkan tanda
berkedip bagaikan sinyal morse
jauuh di upukm langit kebiruan
seakan terang diantara jutaan bintang-bintang.

Rabu, 06 November 2013

Do'a untuk Pahlawan


http://solemansair.blogspot.com/2013/11/doa-untuk-pahlawan.html
Kamila in Action

Jumat, 01 November 2013

Kalah Perang

Wajahnya tertunduk pucat, menahan perih dan sesak dalam dada,
Ribuan kecewa menghias kepala, dan menumpuk sekujur tubuh lemas,
Jalan tak lagi terasa, bumi yang ditapakinya rasa hampa,
Dia pulang membawa bilur luka yang tak pernah sembuh.

Mata -mata nanar yang memandanginya, bak senjata menghunus dekat kepala,
Jari yang menuding, seakan menghujam sampai ulu hati,
Langkahnya tertatih , menyusuri jalan pulang,
Dalam keraguan menanti , siap dicampakan ,
Di negeri yang mentertawakan saat dia kembali pulang.

Medan perang telah dia tinggalkan, jauh sebelum perang usai,
Kata pahlawan, bukan lagi jadi kehormatan,
Nada sinis berdesing, bagai peluru mencari mangsa,
Tubuhnya seakan mati lemas tak berdarah,
Dia kalah perang.


Jiwa raganya bak telanjang, dipermalukan,
Semua terlucuti, tanpa sehelai kehormatan,
Lalu dia berkata kembali dalam hati,
" Aku akan datang, ke medan pertempuran, sampai titik darah penghabisan"
" Lebih baik mati di sana, dari pada pulang dan dipermalukan!'

Jika jiwa mesti melayang, dan gugur dengan satu alasan,
Itu sebuah kehormatan tiada banding,
Mereka boleh jadi pecundang, dikala negeri kehilangan jati diri,
Mereka boleh khianati negeri, disaat negeri sekarat dan mati,

Darah kita meraah , kawan,.....
Tulang kita putiih, temaaan,.....
Adakah belas dan kasih mu menyerta air mata negeri ini,
Menyeka tangis bunda pertiwi, dari tangis kepanjangan,
Apakah kita telah kehilangan, darah dan tulang yang pahlawan korbankan,
Ataukah kita menjadi orang yang kalah perang,
Hingga dipermalukan ketika pulang?
Kemana rasa dan nurani mu sebagai bangsa ?

Kita bukan orang yang kalah perang!

Bimbang

~Keraguan
===rindu berpuisi=31/10/13====

Yakinkan aku,
Ketika kebimbangan mendera,
Agar ku tak keliru dalam bertanya

Tegurlah aku,
Ketika salah dalam kata dan jalan,
Agar lurus dalam peradaban waktu,

Tunjukkan padaku,
wujud dan rupa mu sebelum berakhir waktu,
Agar ku tak salah mengira keharuman aroma mu,
jangn tanam seribu ragu , bahkan kepanjangan masa,

Berilah aku,
Secercah cahaya, biar ku menilai,
karena kegelapan , tak bisa kumelihat rona dan rupa
Semua bagaikan tanpa rasa, hambar tertelan kegelapan.

Lepaskanlah keraguan,
agar aku tak terjerat asa,tak berbatas dan tak berujung,
Ini sudah separuh waktu,yang mungkin tak berarti,
biar kututup sampai di sini, dipenghujung batas,
Hingga hilang segumpal keraguan.

Tampuk kuasa

~HAKIM MABOK~
===satire======
Kursi kehormatan dinila hitam noda,
seakan dakwanya mengandung kebenaran.
Mata yang yang nanar membutakan nurani,
terbayang setumpuk kemanisan materi lewat hitam pekat mendusta fakta.
Angka dua puluh sembilan dibaliknya,
menjadi pembenaran lewat palu ketiganya.
Kemenangan menjadi muskil,
dan kekalahan menjadi ladang subur isi kepala yang licik.

Lalu aku bertanya pada guru besarku,
pada hukum di negeri merah putih.
Kemana panglima berpedang, disaat hakim mabok keputusan, ataukah keputusasaan?
Lalu aku bertanya kembali, kepada guru ngaji di tepi sungai
yang airnya bergemerik mengalir jernih.
Apakah bisa keputusan itu diterima, sedang sholatnya saja ditolak selama 40 hari?

Wahai ,..para pemegang pedang kebenaran,
jangan kau muntahi meja hijau kebesaran, hingga kami ragu segudang keputusan.
karena akal diracuni, dicekoki madat dan ganja,

Wahai ,...para pemegang mandat kekuasaan,
Jangan nodai dan ingkari amanah , hingga kami bimbang diawal tahun ini,
Kami rakyat, dari pingiran menggugat dan melaknat,
Muka dan wajah bertinja yang kau jadikan hiasan,
Kami hanya rakyat yang menggugat,
ini keputusan.....
dan kami , bukan manusia yang sholatnya ditolak selama 40 hari,
karena kami bukan pemadat kekuasaan,
kami bukan pemuja kebendaan,
kami bicara atas nama KEBENARAN.
==Nov.2013==

Senin, 28 Oktober 2013

Menguras Air Mata

*Menguras Air Mata.

Yaa....Allah............
Kenapa Kau Ambil mereka dari sisi ku,
Orang-orang yang aku cintai,
Mengapa Kau pisahkan aku dengannya,
Kala aku butuh kasih dan sayaangnya,

Yaaaa...Allah Yang Maha Agung,..
Kini risau ku menggunung, bingung,
Langkah ku ragu dalam bimbang seperti buntung,
Yang terampas dalam ketidakpastian membubung,
Tinggi mengangkasa ,terbang

Yaa ..Robb,..kesucian jiwa,
Tengadah tangan ku dalam doa panjang bermunazat lirih,
Tak mampu menggunting air mata yg mengalir sedih,
Satu-satu pergi, ...tiada yang kembali,

Nenek,..Bunda,...lalu Ayah tercinta,
Adik ....serta Abang angkatku mangkat,
Seakan waktu merangkak, tinggalkan sejuta kenangan,
Luluh lunglai mengingat seluruh, tubuh bagai lumpuh,
Aku bersimpuh.

Yaa...Allah....
Yang Maha segala,
Mendengar apa yang ku pinta,...
Jangan ambil orang-orang tercinta ku,...
Anak-anak terkasih ku,
Sahabat-sahabat terbaik ku,
Teman-teman terdekat dan terhebatku,....
Aku tak kuasa menerima semua .....
Yang kemarin lalu.....masih begitu tergambar dan dekat.

Kamis, 26 September 2013

Tak lagi bermimpi

*Tak lagi bermimpi

Kehadirannya bagaikan mimpi,yang menghiasi malam,
Tak pelak waktu, sempat menyelinap dalam kegelapan,
Termangu pandangi separuh keanggunan,
Dia bercerita tentang masa lalu hitam dan putih,
Butiran air mata, disatukan dalam doa malam yang panjang,
Sajadah itu lusuh tak berbentuk seperti cintanya,
Adakah yang tahu, apa yang dipintanya?
Tangan dan kakinya lepas, dia tak bisa bangkit sampai subuh menjelang,
Mata tak bisa terpejam, terganjal kristal beku,
Dia tak lagi bermimpi tentang tangan kanannya.

Kehadirannya telah menghiasi pagi menuju siang,
Rindu panjang dalam dekapan sepenuh raga dan jiwa,
Penggalan waktu, dari separuh dirinya,
Yang tak bisa dipisah, karena darahnya,
Tangan kirinya masih meraih sisa hidup,
Tegar berdiri menjadi saksi derasnya air mata,
Kesedihan menjadi-jadi, terbunuh dan terampas kehilangan tangan kirinya,
Matanya tak bisa lagi menangis, air mata mengalir percuma,
Dia tak bisa lagi bermimpi.

Cerita indah yang dulu didakwakan,
Janji kesetian yang pernah diucapkan,
Doa yang disaksikan banyak orang,
Terhidang bersama ucapan dan salam kebahagiaan,
Hiasan taman semerbak wangi bunga,
Diikatkannya sebuah yang melingkar di dua jemari,
Semua cerita, mengubah asal, berubah haluan kapal,
Ombak, badai, hingga karang yang dihempaskan, jauh dari tepian,
Matanya tak lagi basah, hanya bibirnya yang gemetar menahan sesak
Dia tak lagi bisa bermimpi, semua telah hilang.

Selasa, 20 Agustus 2013

Dua kupu-kupu



Sayap indah mu penuhi sesak rongga ku
kelu lidahku untuk ucapkan kata~kata
tarian sayap elok, gemulai menari nari
seakan meminta lentikan jemari


Kupu-kupu kecil nan elok
hadirmu riuhkan suasana pagi ini
ikut sang bundakah, engkau?
hingga berani didekatku.

wahaaai.....
Sang bunda kupu~kupu pagi
Kabarkan pada semua penikmat embun
Bunga- bunga telah menanti dalam kesegaran  keharuman
sampaikan salam pada kembang


Dua ekor kupu-kupu indah
mendekat  dengan tarian indah kepak sayap nya
seakan mengajak ku terbang, melanglang buana
aku tak bisaa.....


Mata ku nanar ....
lepaskan kepergian mu
tak jauh kau hinggap, mendekat 
harumnya bunga jeruk telah menggoda hadir mu
dan pagi ku indah , pandangi keelokan gemulai para penari kecil
tarian bunda kupu-kupu dan anaknya.


Haiii......
kupu-kupu kecil
datanglah esok kembali ke sini
kuizinkan engkau menghabiskan madu-madu bunga jeruk
kelak kau besar nanti, sekuat bunda mu.

Cahaya Kebenaran





Malam ini, aku bahagia.
Setelah lama dalam ketakberdayaan
Ketika tak pernah diperhitungkan

Kini ...
Seberkas cahaya kebenaran itu datang.
Berhias bintang bintang.
Laksana nur illahi.
Kemenangan itu sudah semakin jelas kini.

Mungkin....
Dahulu penuh ragu berselimut kegelapan.
Hitam pekat melaknat kata.
Bahkan tak satu pun mengakui.

Cahaya kebenaran tak terbantahkan.
Melumat keangkuhan.
Kesombongan yang menggunung.
Meluluhlantakan, menjadi keping keping.
Hancur tanpa krana.

Cahaya kebenaran
Membakar luluh kesemuan fikir.
Menjadi arang hitam lalu jadi debu.
Semua telah berlalu...
Hilaang musnah ditelan cahaya kebenaran.

Minggu, 04 Agustus 2013

~Aku akan pulang



Pagi itu pamit
Menghalau kemiskinan rumah
Tas lusuh kusam penghias pundak lelah
Selembar harap terbungkus baju kemarin
Kota tujuan binar cahaya lampu

Melangkah salam teriring
Dalam doa harian sang bunda
Berharap pulang membawa berkah penghidupan
Berjuta ingin berpanjat illahi

Hari ini pulang
Bersimpuh di makam
Memberi kabar tentang hutang dan kealfaan
Masih belum mampu mengirim Bunda ke tanah suci

Pusara tanah merah
Lantunkan tri ikhlas ayat-ayat-Mu
Mengalir bersama penyesalan
Maafkan terkirim dari anak mu

PUISI RAMADHAN

*Merindukan mu

Ku rompak sajaksajak mu , karena aku RINDU.
Ku pecahkan batu gunung kesombongan, karena aku RINDU,...
Ku tikam tepat di dada dan jantung mu, karena aku RINDU,..
Karena rindu aku mengadu pada MU
Sesak penuhi rongga dengan doa.
Aku Rindu pada MU,..robb KU..
Aku Rindu...

Basah mata ku oleh air mata penyesalan
Ketika jalan sesat ku terlalu jauh hitam
Ku rindu damaikan hati
Lidah ku kelu kata
Hanya satu yang ku bisa
Mengucapkan kata pengingatnya
Aku rindu....
Rindu akan kedamaian..
Rindu keindahan....
Rindu rumah...
Rindu pertemuan...
Rindu dari segala ....kepunyaan MU.

Bunuhlah kebencian ini...
Rampaslah kebohongan dan dosa ku
Musnahkan rasa salah dan khilaf....
Ambilah semua harta yang hitam..
Biarlah ku miskin dan putih

Ku Rindu....
Bersama zat MU mengadu...
Melebur dalam doa...karena aku rindu.

==========================================

 
*Bertahan.

Bertahan kokoh di satu barisan.
Jauh dari hiruk pikuk keramaian.
Shap yang telah dikalahkan.
Hilang tiga perempat penuhi gedung dingin berlantai.

Mereka yang ruku disajadah kosong.
Bertahan di malam sepuluh terakhir.
Pintu dua tempat telah di buka.
Manusia kembali pada dua pilihan.

Ketika awal rahmat hendak didapat.
Niat mendapat pengampunan dipertengahan.
Sekarang menjelang akhir.
Pengharaman memasuki pintu jahanam.

Yang bertahan sampai akhir kesempatan.
Doa ~doa dipanjatkan mereka yang tersisa.
Yaa, Robb Yang Maha Pengasih.
Haramkan hamba ~hamba Mu ini,
Yang kokoh berdiri di rumah Mu,
Dia masih bertahan jauh dari fana duniawi

====================================================1434 H

*Lagu Untuk mu

Kan kuukir bagaikan cahaya bintang bintang
biar rembulan cemburu melihat mu

mengenang kisah cinta mu pada ku
yang tak akan pernah kehabisan kata
tuk mengatakan kisah indahnya
biarkan mentari memerah panaskan asmara kita yang tak akan pernah padam.

Biarlah malam ini kubersama bintang
gemerlap menghiasi malam sepi ku
walau kau telah jauh
berada di jagat raya biru

biarkan ku tatap bintang bintang
pengganti diri mu yang hilang.

*medio liburan 2013  

========================================

*Arti Sebuah Pengabdian


Ketika jalan masih penuh kerikil tajam.
Tak satu pun roda pedati yang brminat melewatinya.
Bahkan pejalan kaki pun menghindar mencari jalan setapak.
Namun masih ada di sana kader2 pendidik setia.
Yang pantang menyerah....mengemban tugas mulia.
Dialah pahlawan tanpa tanda jasa.

Dahulu tempat ini gersang , sunyi, mencekam.
Dahulu tempat ini bagaikan kampung yang tiada penghuninya.
Berkat keuletan mereka, mampu mengusir sepi.
Kini, di tempat ini, kita bercanda , membaur bersama.
Kini, di tempat ini, kita mengabdi memajukan negeri.

Tuhan.....
Engkaulah yang maha penentu.
Lindungilah kawanku, guruku, dan kepala sekolahku.
Bimbinglah kami dalam mengabdi pada Mu.
Di sini, di sekolah ini kami berpuisi.
Kupersembahkan kehadapan mu...guruku.
Tuhan....
Bimbinglah kami semua.
=oooooo.Bambang sugiyanto.

Jalan penuh kerikil tajam jadi saksiku
Lumpur bersauh menghias kaki tanpa alas
Batas kampung nan sepi, melintas batas semak
Menyibak asa dan harap tiap paginya
Secercah harapan buat anak negeri tercinta.

Dahulu jalan ini, masih penuh kerikil
Seakan enggan mereka tuk hadir
Saksi bisu gedung berlapis bilik bambu
Reot berhiaskan langit nira
Tak berpintu berlantai tanah merah
Di sini batas ku bertaut mengabdi,hingga jelang usia yang genap
Di sini pula kumulai titiknya
Bermimpi tentang hari esok yang indah.

Tuhan....
Engkaulah yang maha mendengar, dan melihat
Segala sepak dan terjangku
Bimbinglah pada jalan Mu,
dengarlah tiap doa anak2 ku tiap pagi
Hanya ilmu yang menjadi penerang langkah mereka
Tunjukilah kami jalan RIdho Mu.

oOo. Soleman sair.oOo

puisi ini kupersembahkan buat para guru yang masih setia di tapal batas keramaian, bahwa sesungguhnya pengabdian itu akan tetap melekat pada mereka yang setia pada hakikatnya. Semoga engkau ditempatkan pada tempat yang paling tinggi dan mulia, guruku...aamiiin.

Sabtu, 03 Agustus 2013

Masa lalu

Derita malam menghujat kelam
hidup bagaikan keranda kematian
sepi berteman ketakutan yang panjang
cerita dan derita masa lalu.

Susah senang hanya hiasan hidup
sementara singgah suka dan duka
 

 




Rabu, 05 Juni 2013

Untuk sebuah nama



Wangi harum kenanga yang sering kau usapkan di wajahku, disetiap hadir yang penuh tawa ceriamu. Cengkrama penuhi hari indah bersama, seakan tak pernah kusangka akhirnya kita berpisah. Hari, minggu, bulan , dan tahun, entah sudah berapa lama tak lagi terhiaskan, tak lagi terucapkan, bahkan ternggelam dalam kesilaman waktu. Entah sampai kapan?

Gadis , bergaun merah yang hilang dibalik keremangan malam. Yang berjalan seakan setengah lunglai , menggapai asa yang tak pernah sampai pada tepian pencaharian. Erat jemarinya terasa dingin, bagaikan segumpal salju puncak keabadian hingga sampai kini membeku.

Gadis,gaun merahmu kau campakkan, yang mengikatku sejuta pengharapan dibalik pertanyaan yang tak pernah kau jawab. Lelah ku mencari essay jawabmu. Hanya titik air matamu yang kulihat jatuh dengan kerelaannya yang terhapus pada gaun merahmu yang kau lepas dan campakkan dikeremangan malam.

Tanah yang lapang, langit sejuta bintang menanti janji yang kau putuskan seakan manis tak pernah terjadi, pahitpun telah memenuhi sukma,lenyapkan seluruh cita dan harap, tak ada lgi harap. Asmaramu pupuskan rasa, menikam dalam digelap malam, yang menusuk sekujur raga hingga ku lunglai menerima putusnya.

Gadis , gaun merah, kenanga yang kau basuhkan pada setiap malam, tak lagi pernah kudengar. Kini hanya tinggal sebuah nama yang kuikat pada tunas cinta muda yang cantiknya melebihi sang dewi malam. Hanya sebuah nama.

Jumat, 17 Mei 2013

BERBEDA ITU INDAH

Berbeda itu ternyata Indah.
Berbeda itu memang takdir.
Berbeda itu memang kuasa-Nya.
Berbeda kehadiran ku dan kau
Yang disatukan dalam satu jalinan,
demi menggapai harapan dan mimpi.

Berbeda itu ternyata Indah.
Dalam warna kehidupan nyata kita,
mengukir asa , merangkai cita , kata demi kata
Berbeda itu memang indah, hingga sepinya tiada,
dalam lengkung warna kuasa merah.

Berbeda itu indah.
Bagaikan lukisan pelangi, bak bentangan langit senja
Menghias sore , dijelang peraduan bulan
Hingga bintang datang digelap malam kejauhan
Indah memainkan kerlip matanya.

Berbeda itu memang indah bermakna, jika dewasa dalam langkah,
Baik tingkah, peredam murka jiwa,
Tatap di sana terhampar keindahan alam,
Nampak Indah karena perbedaan.

Berbeda itu indah,
bukan dalam kenestapaan,
bukan kalung penderitaan,
tidak juga kesia -siaan.

Berbeda itu indah,
Dalam tautan akidah dan bentuk.
Hingga ku jelma sama akhirnya,
dan sama rupa dan bentuk ,
ketika ku tuju rumah-Mu.

Berbeda itu indah
Jika memang itu pilihan mu,
ku ingin cari jalan pulang,
meninggalkan pelangi warna -warni.
namun,...
Ku ingin tak berbeda ..
Bersama para kekasih-Nya.

by: soleman sair .2013

KISAH KU

Sebuah kenangan tak akan mudah untuk terlupakan, segetir apa pun itu. Walau terasa pahit sekali pun, suka dan dukanya yang pernah mengisi ruang waktu hidup ku. Pahit memang untuk diingat, tapi entah mengapa seakan -akan ini sebuah kenangan yang terasa sangat manis rasanya, hingga tak bisa untuk dilupakan.

Begitu banyak insvirasi yang datang, bak laksana lentera dalam hidup ku. Ada guratan keburukan yang mungkin lahir dari sudut pandang berbeda tiap orang, mungkin ada pula secercah harapan kebaikan yang tak pernah akan ada pada siapa pun , kecuali kita yang pernah berada adi sini. Segetir apa pun kenangan yang pernah kita ukir , bukan semata ingin mengingat baik dan buruknya sebuah perjalanan, namun kita mesti belajar banyak dari sebuah pengalaman yang tak akan pernah dialami oleh orang lain. Sebuah pengalaman akan sangat berharga sekecil apa pun peristiwanya, kembali kepada kita, bagaimana menyikapi sebuah pengalaman.

Demikian pula dengan kenangan, kepahitannya yang terasa begitu sangat berkesan, karena disetiap balik sisinya ada cerita yang terkadang begitu berkesan, hingga kepahitan itulah yang semakin kuingat sangat terkesan, mungkin tidak bagi mereka, namun bagi ku ini sebuah kenangan pahit dan getir yang semakin diingat semakin manis dan terkesan.Terserah kepada mereka dalam menilai, bahwa inilah yang pernah aku kerjakan dan lakukan. Ini sebuah pembuktian dan bukan omong kosong belaka, bahwa kita pernah ada di sini mengisi ruang waktu kita dengan cerita apa adanya.



By: soleman sair. 2013



Selamat dataang hujaaan...

Basahi bumi ku dengan limpahan rahmat Mu
Basuhlah kerikil -kerikil yang menghiasi sudut jalan negeri
Hanyutkan limbah dan octan kotor bersama limbah korupsi
Sirami dengan tangan pengasih MU
Agar air mu penuh rahmat dan ridho

Selamat dataang hujan
Cucilah nyiur-nyiur keindahan pertiwi
Bersama nyanyian burung dipelepah nira
Biarkan dia bersiul menghantar engkau mengalir

Bumi ku rindu air kejernihan,
air kesucian, air kebenaran,.....air penuh pengharapan.

Selamat datang hujan.....
Turunlaaah dengan limpahan kasih-Mu.
Jangn datang bersama rentetan peluru,...
yang kembali bertengger di sudut pasundan jawa dwiva

Jangn hadir bersama umpatan dan caci....
hadir mengumpat sosok tangguh di belahan sepatan barat

Jangan dera bencana negeri ku....
Pertiwi lelah ....
Sirami tanah ku....
Dan hijaukan ,...menuju negeri baldatun...
Negeri yang dirindukan..

 

Minggu, 21 April 2013

Tunas

Gerimis,..siramilah benih suci ini dengan niat keikhlasan -MU
Tanganku bentangkan kelapangan, kepala tengadah menjulang,
Bukan kesombongan ,..berlambang ...
Bukan angkuh ..keteguhan,...
Bukaan,...
Aku hanya menanti ...
Benih ku tumbuh dewasa dalam naungan pengasuh kasih-MU.

Hujan,....basahilah tunas-tunasku...
Biar tumbuh kuat dan kuat...
Jangan kirimkan badai-MU...
Yang mematahkah segenap kaki dan akarnya,.

Dia belum fasih ayat kehidupan,..
Dia belum mengerti kekejaman dunia,..
Dia masih hijau untuk mengerti arti kehidupan.
Dia masih jauh dalam perjalanan.

Berilah kejernihan embun pagi-Mu,
Teteskan air kemulyaan kepunyaan-Mu,
Hembuskan lafaz-lafaz ke dalam hati nuraninya,
Agar Tunasku tumbuh dalam tunai kebaikan-Mu,
Dan aku masih terus berharap, dia mengerti.

===================doa sang guru================

by: Soleman sair.2013

Jumat, 11 Januari 2013

Selaksa Rupa

SEPERTI BIASA
SEPERTI BIASA AKU BERADA DI SANA.
SEPERTI BIASA KUPANDANGI MEREKA .
SEPERTI BIASA HARI ITU SELASA RUPA
SEPERTI BIASA NAMPAK ADANYA
SEPERTI BIASA RAUT WAJAHNYA
SEPERTI BIASA DI RUANG SAMA
SEPERTI BIASA SETIAP HARINYA
SEPERTI BIASA ORANG MELIHATNYA.

AIR MATA JATUH TAK SEPERTI BIASA
PIKIRANKU MEMUTAR SEPERTI BIASA
MENGGUGAH SISI HATI SEPERTI BIASA
BERBUAT BAIK SEPERTI BIASA

TAK TAHAN AKU BERKATA SEPERTI BIASA
WAJAHNYA PUCAT SEPERTI BIASA
BAJUNYA LUSUH SEPERTI BIASA
MENGGAPIT MEREKA SEPERTI BIASA
LAKUKANLAH SEPERTI BIASA

AKU HANYA INGIN MENJADI LUAR BIASA
MENGGANTI KESADARAN BIASA
MEMBELIKANNYA BAJU BIASA
YANG DI SANDANG DI BADANNYA
DIA MASIH MUDA, DAN KAU PUN SAMA
MANA TANGANMU , DARI SEJUMPUT IBA
MERAUP UNTUNG KEPASTIAN DO'A
DIA TELAH KEHILANGAN BAPA.



By: Soleman sair [ Puisi penggugah rasa. 2012 ]

Menjauh darinya

= Semakin Menjauh 1=
Tiada sepatah kata terucap
Hanya rambut terurai melambai diterpa angin
Tiada satu pun kulihat atasmu
Bagai tertanam benih kebencian
Separuh waktu jengkal kehadiran
Yang tertambat di celah dinding tandus kehidupanku
Meraih sebuah mimpi tentang pembenaran
Lalu....
Ada sapa dengan salam
Ada tanya tentang siapa?
Aku percaya semua
Tapi apa akhirnya
Menyesal tiada guna
Air mata tak berarti jua
Salam dan sapa tak lagi ada
Mungkin aku sudah mati
Atau siapa yang berpulang
=============================Jgn kau Tanya. 11/12



=Semakin Menjauh 2=
Aku bahagia saat pertama jumpa
Hati berbunga penuh warna
Pandang pertama menikam dalam hati
Mengukir sebuah kata "Cinta"

Aku bahagia karenanya
Kuterpesona dibuatnya
Walau dirinya ada yang punya
Terlanjur ku jatuh "Cinta"

Aku bahagia dibuatnya
Walau senyuman yang ku terima
Kucoba sapa dengan bait "Cinta"
Tak berharap dari ungkapan nyata

Kini aku jadi meranaa
Terkulai bukan karena "Cinta"
Hanya sebait kata makna
Salamku hilang tanpa balas.

Aku bahagia dalam dada
Tak banyak yang ku punya
Hanya sebongkah rasa
Jika dalam hati masih tersisa.

===========Datang dan Pulang Tanpa Rupa. 11/12====