Kamis, 18 Oktober 2012

DEWI SITA MINTA KAWIN


DEWI SITA / SINTA

Selama bertahun-tahun Dewi Sita larut dalam kesedihan dan selalu siap bunuh diri dengan cundrik-nya apabila Rahwana akan memaksanya. Dan ketika dirinya sudah hampir putus asa datanglah Hanoman membangkitkan jiwanya, dengan membawa berita bahwa Sri Rama akan datang ke Alengka untuk membebaskannya. Dewi Sita berhari-hari mengurung dalam kamar. Dan, akhirnya menyadari, bahwa keinginannya untuk memperoleh kijang kencana akan mengakibatkan pertempuran antara bangsa manusia dibantu bangsa kera melawan bangsa raksasa. Dewi Sita juga menyadari tidak setiap raksasa jahat, Kumbakarna dan Wibisana, adik-adik Rahwana tidak setuju penculikan dirinya. Rahwana pun tidak pernah memaksakan kehendaknya, dia hanya mau memperistri dirinya apabila dia berkenan untuk itu, hanya dia menyandera dia sampai dia menyerah dan pasrah.

Tidak semua manusia melakukan tindakan seperti Rahwana ketika seorang perempuan lemah berada dalam genggamannya. Rasa bersalah atas kebodohannya selama ini yang cenderung mengikuti nafsu pikirannya. Kesadaran Dewi Sita membuka selubung hijab, aku ini siapa? Untuk apa aku di dunia? Apakah ada rencana besar Hyang Widhi untuk melenyapkan keangkaramurkaan, atau untuk melenyapkan etnis raksasa, perpaduan antara manusia dan binatang? Dia telah mendapat peran yang harus dijalankannya dengan baik. Dewi Sita sadar dirinya terlibat kepada Hukum Sebab-Akibat, dan dia akan menjalaninya dengan penuh kesadaran. Kemudian Dewi Sita memahami adanya Hukum Evolusi, termasuk evolusi dalam kesadaran. Keputusannya sudah bulat semua akan dilakoninya dengan penuh kesadaran.

Kondisi kritis, keadaan yang hampir membuat putus asa, sering menjadi pemicu peningkatan kesadaran seseorang. Pemahaman tentang kehidupan pun tidak cukup. Semuanya harus dilaksanakan dalam keseharian. Pikiran seseorang harus  dibiasakan untuk merenungkan Gusti, harus berusaha menempuh jalan Gusti, hidup dalam Gusti, dengan Gusti. Kesadaran atma yang demikian hanya dapat diperoleh dengan jalan rangkap tiga, yaitu:
  1. membuang vasana ‘keinginan, naluri, dorongan, atau ketagihan’,
  2. melenyapkan manas (kemampuan untuk memahami objek; kumpulan pikiran, emosi, dan vasana).
  3. Menganalisis pengalaman untuk memahami kenyataan.
Tanpa ketiga hal ini, penghayatan atma tidak akan timbul. Vasana mendesak manasmanusia menuju dunia yang berhubungan dengan indera dan mengikat manusia pada kegembiraan serta kesengsaraan. Karena itu, vasana harus dipadamkan.
BY :TRY WIDODO/ WIKIPEDIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar