Jumat, 17 Mei 2013

PUISI KU

 =Sunyi=

Ketika malam berselimut kelam,
Satu alasan matahari bersinar di bumi lain.
Ketika malam gelap tertutup awan,
Bintang datang tanpa berkilah.
Ketika malam bersolek sang bulan,
Ribuan pesan berurai sastra penaklukan.

Ketika malam dingin bertiup angin kegelisahan,
Bersama derai air mata yang mengembun.
Angin masih bertiup memberi kabar kesemuan,
Terdengar ranting gemeretak dan hati bertanya.
Tak ada satu jawaban , yang ada hanya sunyi,
Malam larutkan ribuan penghuni kegelisahan,
Yang bertebar teriring pungguk perindu.

Menyeruak jauh, ..menyusuri sepinya malam.








  = Hati yang terkasih=

Kemarin ku lihat engkau masih ada, di sudut raung waktu.
Di sana pilu ku cairkan, meleleh lumat dalam bahagia.
Desah nafas mu lenyap dalam keheningan.
Semu cekam merajut kenistaan
Itu yang kemarin.

Yang lalu pergi tak kembali, tinggalkan sejuta kenang.
Berukir bunga keindahan fana
Meronta penuh keinginan laknat
Dilamun jiwa tersiksa.

Ku ingin engkau bahagia, utuh dalam panjang usia,
Tanpa noda dan cela.
Pemuja mu datang dengan senyum,
Sampai berakhir hidup.

Biarlah kekasih mu datang, dan kau berlindung tanpa risau
Ajarkan arti kebaikan pada kekasih setia mu
Dan kau damai di sisinya.







*BATAS WAKTU
[ saat hati mu kau dustai ]

Simpang jalan keraguan yang tak terhenti , hingga kulepas penat derita ini.
Aku bukan tempat pelarian mu, yang ragu mengungkapkan kata.
Bait yang terhampar luaskan samudera puisi ku.
Mazas ku bukan tempat sembunyi mu, hingga kau lari hilang jejak.
Meninggalkan soneta dalam beranda kehidupanku.
Menggurat ukiran tajam menorehkan pesan yang tiada ku mengerti.

Aku masih berdiri di sini, sama seperti yang dulu.
di kota kelahiran.
Entah sampai di mana ku terhenti.
Hingga tapal batas pelarian.

Kibasan sayap kupu-kupu berwarna gelap, dan kakinya lemah berdiri.
Sayapnya yang sebelah hilang, satunya berlubang.
Hari -hari menanti harap, kecemasan sisa waktu berlalu.
Senyum bekunya masih bisa berkata-kata.
Hingga tapal batas pelarian , hati dan bibirnya berbeda.
Sonata yang dinyanyikan penuh misteri kegelisahan
Bahagia dalam kesemuan ,dilamun hati tak bisa kau dustai

Engkau tak bisa berlari, sampai tapal batas pelarian.
Hati mu tak bisa kau dustai.
Dia lah bagian dari keniscayaan mu
Hanya engkaulah yang bisa menjawabnya.







*angin malam

Angin menguliti seluruh tubuh
Mengigil kelu gelap sunyi
Berselimut hening dalam kegelisahan
Di tengah ramai bintang cakrawala berhias
Jauh berkelip cahaya keraguan

Bak pisau mengelupas ari
Perih menyayat sembilu rasa
Memecah malam gelap jagat raya
Sepi meninggalkan malam kegelapan
Hingga fajar penantian.







Kau tak seperti biasanya,.....
Membuat suasana ku tak semangat....
Dari pagi hingga malam ini....yang ada hanya panas
Senyum mu tak hadir pagi tadi.....
Wadahnya tak lagi terisi air tempat kau bermain.....

Kau tak seperti biasanya....
Tanpa senyum,...dan canda mu.....
Hari ini sepi terasa.....

Kau tak seperti biasanya.....
Tak lagi ku dengar salam dari balik pintu,...
Tak ada tangan mungil yang mencium kepulangan ku....
Tak terdengar suara kencangmu...
Mana kala suara azan magrib berkumandang....

Hari ini kau tak seperti biasa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar