Selasa, 25 Desember 2012

" Sosok Bidadari Langit Jingga"

Entah dari tahun berapa dia hadir di sini, yang jelas aku pernah berjumpa dengannya. Sosok yang begitu anggun dalam pandangan mataku, penuh kesehajaan dan senyum yang dingin. Sering kali aku melihat bayangannya sekilas melintas dan berdiri dengan senyum sambil memandangi kecerian yang ada di hadapannya. Aku pun bingung dan tak bisa berkata apa pun ketika paras nan ayu itu selalu saja memandangi setiap kali aku melangkah. Sehingga suatu hari aku mengambil sebuah keputusan untuk memberinya nama yang pantas untuknya. Ya, sebuah nama agar aku bisa menyapanya, dan kuberikan ia nama Bidadari Langit Jingga. Cukup rasanya bagiku untuk selalu menghormati kehadirannya, walau memang sebagian orang menganggapnya itu hal ghaib dan mustahil. Namun , selama kita saling menghormati dan menghargai dia akan tetap juga sayang kepada kalian yang menghormati dan menyintai , karena dia adalah bagian dari sosok kehidupannya pula.

Suatu hari, ketika tempat di mana dia berada diperbaiki dan para pekerja yang melakukan kegiatan tersebut tanpa permisi dan layaknya saling menghormati bahwa sebuah tempat tentu ada pemiliknya, mungkin bagi kita hal yang tak masuk akal pula mana kala dia menunjukkan kehadirannya dengan sosok yang sangat menakutkan, sehingga para pekerja itu tak lagi berani hadir untuk bekerja esoknya. Sosok yang membuat aku sendiri merinding untuk menceritakan lebih panjang durasi kehadiran makhluk lain di sekitar tempat di mana Bidadari Langit Jingga berdiam dan selalu tersenyum untuk selamanya.

Malam semakin larut dan para pekerja itu mulai tidur dalam kelelahan karena pekerjaan yang sangat berat. Tapi, entah apa yang membuatnya marah dan murka sehingga dia menunjukkan sosok tanpa badan yang utuh sambil berterbangan hilir mudik, sehingga membuat kocar -kacir para pekerja itu hinggga tak kembali lagi. Aku hanya bisa bertanya dalam hati dan sedikit bertegur sapa kepadanya bahwa para pegawai tersebut tak pernah minta pendapat dan saran apa pun sebagai penghormatan, sehingga dia marah.

Aku sadar benar , bahwa sekecil apa pun itu, mestinya kita bertanya sebagai bentuk penghormatan baik kepada yang masih hidup atau pun kepada makhluk ghaib di sekitar kita , bukan untuk sesembahan atau lainnya. Dia hanya ingin saling menghormati saja sebagai salam perkenalan, agar dia pun nyaman adanya, sehingga tak menunjukkan kemarahan dalam wujud yang sangat menakutkan.

=========Soleman . Serpong 2012========

2 komentar: