Sabtu, 27 Oktober 2012

Sahabat Bidadari Langit Jingga

* SENYUM TERAKHIR*
Pohon jagung itu nampak indah dengan barisannya, yang segar dan berbuah. Aku ajak dia ke sana untuk memanennya, sebagai bekal pulang ke kotanya sebagai oleh-oleh untuk kepergiannya yang terakhir. Karung kecil itu telah penuh terisi jagung segar, kulihat pula senyumnya sebagai tanda terima kasihnya, ternyata itu adalah senyum terakhirnya pula. Banyak cerita yang diungkapkannya, tentang dirinya dan keluarganya, juga sahabat-sahabat terbaiknya. Sangat panjang ceritanya, aku pun setia mendengar keluh kesahnya, sambil kurapihkan jagung-jagung yang masih berserakan.

Matahari senja mengiringi kepulangan kami berdua,denagn jagung yang kubawa. Tangan lembutnya masih memegangi kaus lusuh yang kukenakan, ada rasa sungkan dan malu-malu bercampur jadi satu. Jalan pulang begitu cepat terasa sampainya, padahal aku ingin berlama-lama, seakan memutar balik arah. Hujan. Tak pelak terhindarkan, namun langkah kami pun terus saja menyusuri jalan setapak untuk pulang. Tebing terjal sebentar lagi terlewati, nampak licin dan membuat ngeri kulewati. Pegangan tangan lembutnya semakin kuat kurasakan, hanya senyumnya kulihat, walau dia kemudian menunduk malu kulihat.

Buuk!, Karung jagung itu telah tergelinciir bersama tubuh yang kemudian terguling. Tak lama, tubuh mungil gadis kota itu pun menimpa menyusul di sampingku, dia pun ikut terjatuh pula. Ada perasaan bersalah kepadanya. Tak banyak kata yang terucapkan, aku hanya mengusap wajahnya yang nampak merah dengan hiasan ltanah liat . Dia pun mendekat dengan jemarinya yang mengibaskan tanah yang melekat di hidung, namun tiba-tiba dia memelukku. Ada getaran aneh yang menjalar dalam tubuhku,dengan pakaian yang basah oleh hujan dan penuh dengan tanah liat.

Semenjak kejadian itu, ada hal aneh yang menghiasi pertemuanku dengannya. Malu. Dia malu menemuiku, atau dia tahu bahwa aku hanya anak desa dengan sejuta kemiskinan, atau entah apa.?.Aku tak boleh lagi menemuinya, bahkan bertegur sapa pun dia tak mau lagi. Aku tak tahu. Rahasia apa yang disimpannya. Itulah senyum terakhir yang kulihat dari wajahnya.


Siapa yang tak ingat akan masa lalu? Semua orang pasti mempunyai kenangan terindah dalam hidupnya,suka duka dan sebagainya. Terkadang sangat sulit untuk melupakannya, walau pun demikian, segala rasa yang tersimpan dan apa kisahnya sulit bagiku melupakan kenangan manis itu. Pahit memang jika diingat-ingat, sungguh sangat menyiksa diriku, tapi itulah kenangan yang pernah ada dalam perjalan hidupku. Aku tak pernah menyesal mengenalmu, menyintaimu, serta menyayangimu walau hanya sekedar dalam mimpi dan khayalku. Kini kau bahagia dengan apa yang kau miliki, kuberharap selalu kau bahagia selamanya. 

Waktu terus berjalan seiring dengan perjalanan kita masing-masing. Aku tak tahu engkau di mana sekarang berada. Ingin rasanya aku bertemu walau cuma sekejap saja. Aku tak bermaksud apa pun. Hanya ingin bertemu, sebagai jalinan tali silaturahim yang terputus. Hanya itu harapanku sekarang, semoga ini menjadi catatan dalam hidupku yg paling indah dalam mengingatmu.



Apa yang mesti ku katakan pada mereka yang berdiam diri dan membisu, jika meraka berada dalam naungan persahabatan. Mestikah berkata-kata dalam kalimat perpisahan melalui sebuah pesan singkat bermakna selesai sudah apa yang telah direkatkan dalam kata persahabatan itu sendiri.


= BULAT=
Ada pertemuan pasti ada perpisahan, tak pelak mesti kita terima sadar mau pun tidak itu pasti terjadi. Namun seringkali kita tak sadar akan hal itu sehingga terlena, dan malam ini aku datang untuk menghadap kepadanya untuk menjelaskan sebuah alasan itu.

Kenapa langkah ini aku ambil dan dengan berat hati , seakan kalah dengan kenyataan yang mesti aku terima. Apalah daya, mungkin seperti itu , bahkan banyak yang mengira menyerah dengan keadaan, tapi langkah ini mesti aku ambil sebagai sebuah pembelajaran dan pembuktian bahwa apa yang benar itu adalah benar, dan yang salah itu akan tetap kalah dengan dalil apa pun.

Langkah ini sudah bulat, tak bisa lagi dihentikan oleh saran dan alasan apa pun, sehingga tak menyesal aku datang kepada beliau untuk menjelaskan sebuah alasan dengan beberapa pertimbangan. Sekali lagi dengan berat hati sikap ini aku ambil. 


 = KEKASIH KECIL=
Cinta tak lagi punya pengertian
Sayang telah hilang terbujur kaku
Peduli terbuang dalam kejauhan rupa
Hanya kebencian yang tercipta
Ku coba putihkan hitam
dalam kabut warna kelabu
Samar-samar nampak wajah kekesalan
Ayolah mengerti tentang rasa
Pahit biarlah terjilat dilidah
Manakala jauh menjadi dekat terekat
Melumatkan genap hitungan bilangan ganjil

Kabut selimut jalan pulang yang gerimis
Kekasihnya telah pergi sangat lama
Dia tak mungkin bisa kembali
Secarik kertas saksi keputusasaannya
Jemarinya menari tanpa beban kepedihan
Luka hatinya penuhi irisan keperihan luka
Mengayam lipatan silang bermata lurik

Jalan mungkin saja berbeda
Lurus menjulang ragukan langkah yang kanan
Tapi aku harus pergi
Ini bukan tempatku berpijak
Ketika kesedihan air mata kepedihan
Tusukan menikan dada keraguan.
Aku akan tetap katakan dengan kejujuran
" Selamat tinggal kekasih kecilku"

Serpong 22 Desember 2012



 = DOA PERTEMUAN=
KU BAWA SETANGKAI BUNGA, TAK BERHARAP IBA.
TUK AKU LEKATKAN PADA BERANDAKU MALAM INI, SEBAGAI PERTANDA.
JIKA LEKAT DAN PENAT PELUHMU KEMARIN, INGIN KU LIHAT KAU TERSENYUM MALAM INI.
TAK BERHARAP KERESAHAN JIWA MENGGUMPAL DI DADA.
JANGAN LAGI KECEWA MENDEKAT RAGA.
JAUHLAH HILANG KERAGUAN MU PADANYA.
BIAR DIA TAHU HADIRMU MEMBAWA KEHARUMAN SURGAWI.
BIAR KUTAMBATKAN MALAM INI SETANGKAI MAWAR.
BIAR KAU RAJUT SENDIRI KAIN SUTERAMU.
TERJUNTAI MENGURAI , YANG TERHEMPAS MELAMBAIKAN KERAGUAN.
BIAR MALAM NANTI KUPANJATKAN,
SEBONGKAH DOA PERTEMUAN.





Jangan bilang macam2 dan banyak komentar, jika belum tuntas untuk membacanya.
Hidup, memang terkadang tak selamanya indah, seperti apa yang kita bayangkan. Sadar atau tidak, bahwa orang di sekitar kita juga mengalami hal yang sama dengan diri kita. Ada yang bijak bersikap , ada pula yang hanya dengan senyum menghadapinya, ada pula yang terlalu berlebihan, bahkan tak jarang menambah persoalan yang dihadapinya.

Sebuah kisah yang aku anggap sangat berarti dalam perjalanan hidup ini, bahwa seseorang boleh saja berteman dan bersahabat dengan siapa pun, baik dia manusia normal mau pun abnormal.

GILA,..Siapa yang tak kenala dengan kata ini!. Ya, Seorang laki2 paruh baya, lebih tua dariku sekitar 5 tahunan mungkin. Waktu itu aku hanya seorang siswa kelas 3 SPG di Jakarta Barat. Seperti biasanya , jika hendak pulang selalu melewati stasiun kereta api Palmerah. Di sinilah aku berjumpa dengan sosok " orang gila" tersebut. Banyak orang yang segan dan takut untuk mendekatinya, karena memang selain mukanya yang sangar dan urakan, juga berangasan. Maklum saja orang gila.

Aku masih ingat tentang sebuah materi pelajaran yang aku peroleh dari guru Psykologi di sekolah, bahwa manusia itu sebenarnya sama saja, jika perhatian kita memahami dirinya serta kita pun baik dengannya, maka akan ada hal yang sangat unik akan kita temukan di sana. Ya, sebuah cerita panjang yang diungkapkan secara JUJUR oleh sosok dari orang gila tersebut. Dan ternyata hanya dengan sebatang rokok kretek aku bisa bergurau dengannya.

Sosok gila yang ditakutkan ketika orang-orang memasuki stasiun Palmerah. Sebuah kisah nyata yang dialaminya kenapa dia menjadi GILA? sampai hari ini masih aku ingat.  Bahwa jika kita baik dengan seseorang entah dia normal mau pun tidak , maka akan berbalas sebagaimana mestinya.

Yang menjadi pertanyaanku adalah , kenapa kita yang normal tidak bisa memaknai sebuah kebaikan dari seseorang?




1 komentar:

  1. Selalu ingin berbagi, karena di sanalah kita dapat mengerti akan adanya teman dan sahabat yang benar2 teman. Jika sekiranya ada yang salah, maaf, bukan itu maksudku.

    BalasHapus