Selasa, 23 Oktober 2012

DI UJUNG PENGABDIAN



 Mei 2010

Setiap pagi yang datang menjelang
Ada harap dan asa terpatri pada dinding kelas
Pada kalbu –kalbu pembawa perubahan
Di setiap benak muda yang tertanam
Berharap benih kesucian tumbuh
Dari apa yang dititipkannya

Tiada banyak yang diharapnya
Cuma sebatas usia diujung sisa hidup
Apakah lalu ada sinar cerah pada langkah jejak jiwa
Menorehkan segumpal harapan muda
Entah tak kita tahu kepada siapa?

Limit waktu menentukan kehebatan langkah
Menjegal pada cita dan harap

 Puisi ini kupersembahkan kepada teman-teman guru yang selalu berusaha berjuang untuk menjadi lebih baik itu ternyata tak semudah membalikan telapak tangan. Segala apa yang telah kita mulai dengan segenap hati, setidaknya menjadikan kita tetap pada jalan-Nya. Berusaha menjadi lebih baik tidaklah salah. Yang menjadikan kita salah adalah saat ada kesempatan untuk menjadi baik, kita lalu berpaling dari kebaikan itu, dan manakala kesempatan itu telah hilang kita mencari-carinya kembali.


Maka hanya ada satu cara untuk kembali mengingat perihal tersebut dengan jalan berani bertanya dengan segenap kebesaran hati bahwa masih ada di samping kita orang yang mau menolong kita dan jangan berasumsi bahwa kita paling baik di antara mereka. Kekuatan itu ada dalam nilai kebersamaan bukan menjadi satu-satu kesatuan yang berdiri sendiri. Sebuah lidi tak akan banyak punya arti jika hanya satu,dan tak punya kekuatan apa pun, maka jadikanlah dia sapu yang siap membersihakan serta menjadi satu kesatuan yang kuat.

2 komentar:

  1. masihkah ada yang tersisa, untuk membagi kesempatan???

    BalasHapus
  2. Masih ada pak tergantung niat tulus ikhlas dalam pengabdian

    BalasHapus