Rabu, 05 Juni 2013

Untuk sebuah nama



Wangi harum kenanga yang sering kau usapkan di wajahku, disetiap hadir yang penuh tawa ceriamu. Cengkrama penuhi hari indah bersama, seakan tak pernah kusangka akhirnya kita berpisah. Hari, minggu, bulan , dan tahun, entah sudah berapa lama tak lagi terhiaskan, tak lagi terucapkan, bahkan ternggelam dalam kesilaman waktu. Entah sampai kapan?

Gadis , bergaun merah yang hilang dibalik keremangan malam. Yang berjalan seakan setengah lunglai , menggapai asa yang tak pernah sampai pada tepian pencaharian. Erat jemarinya terasa dingin, bagaikan segumpal salju puncak keabadian hingga sampai kini membeku.

Gadis,gaun merahmu kau campakkan, yang mengikatku sejuta pengharapan dibalik pertanyaan yang tak pernah kau jawab. Lelah ku mencari essay jawabmu. Hanya titik air matamu yang kulihat jatuh dengan kerelaannya yang terhapus pada gaun merahmu yang kau lepas dan campakkan dikeremangan malam.

Tanah yang lapang, langit sejuta bintang menanti janji yang kau putuskan seakan manis tak pernah terjadi, pahitpun telah memenuhi sukma,lenyapkan seluruh cita dan harap, tak ada lgi harap. Asmaramu pupuskan rasa, menikam dalam digelap malam, yang menusuk sekujur raga hingga ku lunglai menerima putusnya.

Gadis , gaun merah, kenanga yang kau basuhkan pada setiap malam, tak lagi pernah kudengar. Kini hanya tinggal sebuah nama yang kuikat pada tunas cinta muda yang cantiknya melebihi sang dewi malam. Hanya sebuah nama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar